Banyak yang beranggapan bahwa musik jazz adalah musiknya kaum elite dan mapan. Namun bila kita menegok ke akar jazz boleh dibilang justru bertolak belakang. Jazz adalah sebuah seni ekspresi dalam bentuk musik. Jazz disebut sebagai musik fundamental dalam hidup manusia dan cara mengevaluasi nilai-nilai tradisionalnya.
Tradisi jazz berkembang dari gaya hidup masyarakat kulit hitam di Amerika yang tertindas. Awalnya, pengaruh dari tribal drumsfield hollers (teriakan peladang). Proses kelahirannya telah memperlihatkan bahwa musik jazz sangat berhubungan dengan pertahanan hidup dan ekspresi kehidupan manusia.
Yang menarik adalah bahwa asal kata “jazz” berasal dari sebuah istilah vulgar yang digunakan untuk aksi seksual. Sebagian irama dalam musik jazz pernah diasosiasikan dengan rumah-rumah bordil dan perempuan-perempuan dengan reputasi yang kurang baik. Dalam perjalanannya kemudian, jazz akhirnya menjadi bentuk seni musik, baik dalam komposisi tertentu maupun improvisasi, yang merefleksikan
melodi-melodi secara spontan. Musisi jazz biasanya mengekspresikan perasaannya yang tak mudah dijelaskan, karena musik ini harus dirasakan dalam hati. “Kalau kau menanyakannya, kau tak akan pernah tahu” begitu menurut Louis Armstrong.
Dalam sejarah permusikan jazz kata ‘bop’ digunakan untuk beberapa style dari genre jazz, yaitu: bebop, hard bop, post bop, neo bop. Walopun keempatnya menggunakan kata ‘bop’ enggak berarti mereka berhubungan secara langsung. Tapi secara tidak langsung ada keterkaitan antara keluarga ‘bop’ tsb. Misalnya hard bop or post bop lahir dari kritikan atas tren bebop. Walopun begitu tidak bisa dibilang penyebab langsung karena jauh sebelum hard bop ada, sudah ada lebih dulu warna lain yang secara langsung merupakan ‘kritik’ atas tren bebop (akhir dekade ‘40an), yakni ‘west coast jazz’ (nama lainnya cool jazz) karena kebanyakan musisinya dari Los Angeles, California (daerah pantai barat AS).
Namun pengaruhnya secara tidak langsung, karena hard bop oleh beberapa orang justru diklaim sebagai reaksi para musisi jazz ‘East Coast’ (daeraah sekitar New York) atas populernya cool jazz. Jadi bukan reaksi atas bebop itu sendiri. Hard bop mulai naik daun di pertengahan ‘50an juga merupakan hasil intepretasi musisi jazz generasi baru saat itu atas bebop. Ciri-ciri hard bop, tidak bertempo sangat cepat seperti bebop, progresi kord dan melodinya lebih sederhana dan soul (tapi jangan bukan seperti soul musik saat ini), bassline juga gak harus walking bass (lebih demen memakai bassline berpola layaknya musik soul). Hard bop lebih berumur panjang trendnya,yaitu sejak pertengahan ‘50an hingga akhir ‘60an, dan juga pengaruhnya sangat besar bagi terciptanya style-style jazz sesudahnya. Pengaruhnya masih terasa hingga era ‘80an. Yang paling kentara ketika musisi jazz era ‘80an tersebut bermain mainstream. Hard bop sendiri makin membuka gerbang bentuk kreativitas baru, seperti gaya modal (Davis-Coltrane-Evans) dan soul-jazz (Horace Silver cs) yang sering disebut sebagai bagian dari ‘keluarga besar hard bop’. Di era ini pula lahir istilah ’standard jazz’, membawakan lagu-lagu non-jazz atau lagu pop dalam bentuk jazz.(jangan bayangkan lagu pop jaman sekarang, karena lagu pop yg dimaksud adalah lagu-lagu kabaret).
Legenda jazz dimulai di New Orleans dan berkembang ke Sungai Mississippi, Memphis, St. Louis, dan akhirnya Chicago. Tentu saja musik jazz dipengaruhi oleh musik yang ada di New Orleans, tribal drums Afrika dan struktur musik ala Eropa. Latar belakang jazz tidak dapat dilepaskan dari fakta di mana jazz dipengaruhi berbagai musik seperti musik spiritual, cakewalks, ragtime dan blues. Salah satu legenda jazz yang dipercaya bahwa sekitar 1891, seorang pemilik kedai cukur rambut di New Orleans bernama Buddy Bolden meniup cornet-nya dan saat itu lah musik jazz dimulai sebagai gebrakan baru di dunia musik. Setengah abad kemudian, musik jazz di Amerika memberi banyak kontribusi di dunia musik, dipelajari di universitas, dan akhirnya menjadi sebuah aliran musik yang serius dan diperhitungkan.
Musik jazz sebagai seni yang populer mulai menyebar ke hampir semua masyarakat Amerika pada tahun 1920-an (dikenal sebagai Jazz Age). Jazz semakin marak di era swing pada akhir 1930-an, dan mencapai puncaknya di akhir 1950-an sebagai jazz modern. Di awal tahun 20-an dan 30-an, “jazz” telah menjadi sebuah kata yang dikenal umum.
Pengaruh dan perkembangan musik blues tidak dapat ditinggalkan saat membahas musik jazz di tahun-tahun awal perkembangannya. Ekspresi yang memancar saat memainkan musik blues sangat sesuai dengan gaya musik jazz. Kemampuan untuk memainkan musik blues menjadi standar bagi semua musisi jazz, terutama untuk digunakan dalam berimprovisasi dan ber-jam session. Musik blues sendiri, yang berasal dari daerah Selatan, memiliki sejarah yang sangat luas. Pemain musik blues biasanya menggunakan gitar, piano, harmonika, atau bermain bersama dalam kelompok yang memainkan alat-alat musik buatan sendiri.
Masuk era ‘80an, ketika jazz sedang dilanda fusion, crossover jazz, dan lain-lain (post bop juga gak gede-gede banget saat itu, maklumlah karena baru naik daun lagi justru pas masuk era ‘90an), muncul generasi muda musisi jazz di New York yang kembali memainkan jazz layaknya musisi ‘40an-’50an. Sekelompok anak muda yang dimotori adik-kakak Wynton dan Branford Marsalis ini membentuk band yang juga dinamakan ‘The Young Lions’ karena ingin membawa semangat yang sama ketika Wayne Shorter cs muncul di tahun ‘60an. Marsalis bersaudara ini seperti melakukan ‘pemurnian’ kembali jazz dengan mengangkat idiom-idiom swing dan bebop ke permukaan. Bahkan Wynton juga bereksperimen dengan mengangkat kembali gaya swing big band layaknya Glen Miller, Artie Shaw, dan lain-lain. Ulah Marsalis bersaudara ini ternyata sukses, membuat para penggemar jazz muda saat itu kembali keranjingan swing dan bebop. Bahkan melahirkan kembali musisi2 muda jazz yang lebih tradisional tapi terdengar modern.
Kenny Garret
Joshua Redman
Harry Connick Jr
(Kenny Garret, Joshua Redman, Harry Connick Jr dan lain-lain). Lagi-lagi media dan industri dibuat pusing, hingga harus memberi generasi ini sebuah label untuk musik mereka yakni neo-bop.
Tapi asyiknya sih kita jangan melakukan dikotomi secara ketat atas musik2nya para musisi jazz era ‘80an ke sini, apakah mereka masuk geng post bop atau neo bop, karena pelabelan kan kerjaan media dan industri. Kenyataannya banyak contoh musisi yang gak harus berada di warna musik itu melulu. Sebut saja Joshua Redman (saksofonis), yang awalnya begitu tradisional, tapi juga kadang ber-post bop ria, malah sempat juga bergaya fusion. Atau YellowJackets, ketika masuk album ‘Four Corners’, warna post bop langsung terasa. Tapi kadang mereka begitu tradisional, seperti yang tergambar di beberapa lagu dalam album ‘Dreamland’.
*Dari Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar